Sebagai profesional yang bekerja di Kantor Resmi Statistik, merilis statistik resmi adalah tahap akhir dari proses produksi statistik resmi. Statistik resmi yang dirilis seringkali berbentuk desimal, biasanya dua angka di belakang koma tetapi ada juga yang ditulis dengan tiga angka di belakang koma.
Tanpa disadari, perilis statistik resmi kadang kurang memperhatikan cara tepat membaca angka desimal. Sebagai contoh, “inflasi month to month di Jakarta pada Februari 2023 tercatat nol koma sembilan belas persen (0,19 %). Inflasi bulan ini dipicu oleh kenaikan harga beras nol koma nol tujuh puluh empat persen (0,074 %), rokok kretek filter nol koma nol lima puluh dua persen (0,052 %), dan bawang merah nol koma nol empat puluh sembilan persen (0,049 %)”. Cara mewartakan bilangan desimal seperti ini tidak tepat. Lalu bagaimana melafalkan desimal yang tepat?
Cara tepat melafalkan desimal sebagai berikut: Angka di kiri tanda koma dibaca seperti bilangan bulat, sedangkan angka di kanan koma dibaca satu per satu. Jadi, rilis data inflasi di atas yang tepat adalah:
“Inflasi month to month di Jakarta pada Februari 2023 tercatat nol koma satu sembilan persen (0,19 %). Inflasi bulan ini dipicu oleh kenaikan harga beras nol koma nol tujuh empat persen (0,074 %), rokok kretek filter nol koma nol lima dua persen (0,052 %), dan bawang merah nol koma nol empat sembilan persen (0,049 %)”
Tampak sepele bukan? Walau terlihat sepele, untuk dapat melafalkan desimal dengan benar butuh pembiasaan. Apalagi jika rilis statistik resmi dilakukan dihadapan wartawan secara daring, pastikan kita melafalkan data dengan benar agar saat data diwartakan akan tertulis dengan benar dan tepat.