Relasi Sampel dan Representasi Statistik

Sensus Penduduk mencacah semua penduduk pada satu titik waktu di suatu wilayah. Penduduk tersebut dijangkau dengan berbagai pendekatan area tertentu yaitu satuan lingkungan setempat (SLS) dan non SLS. Pernah juga dengan pendekatan wilayah kerja blok sensus biasa, blok sensus khusus atau blok sensus persiapan. Pendekatan lainnya adalah membagi penduduk menjadi penduduk bertempat tinggal tetap dan penduduk bertempat tinggal tidak tetap. Ada juga pendekatan rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus.

Singkat kata, jumlah penduduk hasil sensus penduduk mendeskripsikan sebaran penduduk di berbagai pendekatan tadi.

Total penduduk hasil sensus penduduk tersebut menjadi acuan utama untuk menyusun proyeksi penduduk. Jumlah penduduk hasil proyeksi penduduk juga menggambarkan sebaran penduduk baik yang bertempat tinggal tetap maupun yang tidak bertempat tinggal tetap.

Jumlah penduduk baik hasil sensus penduduk maupun hasil proyeksinya dijadikan acuan utama untuk menghitung statistik (estimasi dari karakteristik populasi).

Estimasi dan representasi sampel

Sebagian rumah tangga pada blok sensus biasa memang terpilih sebagai sampel survei sosial ekonomi. Apakah estimasi indikator yang dihasilkan dari survei sosial ekonomi hanya menggambarkan rumah tangga terpilih? Tidak, sekali lagi tidak demikian.

Karakteristik sampel rumah tangga terpilih diberikan penimbang (weight). Weight ini sudah merepresentasikan penduduk di satu wilayah. Jadi, nilai statistik yang dihasilknan bukan hanya merepresentasikan dari rumah tangga terpilih sampel saja tetapi juga memberikan gambaran populasi keseluruhan.

Penduduk Miskin Ekstrem di Ibu Kota

Estimasi penduduk miskin ekstrem di Ibu Kota sebesar 0,89 persen pada Maret 2022. Angka ini diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2022 yang menggambarkan dugaan masih ada penduduk di Provinsi DKI Jakarta dengan pengeluaran per kapita per hari kurang dari $ 1,99 PPP (purchasing power parity). Mereka yang tergolong miskin ekstrem ini baik yang memiliki KTP DKI maupun Non DKI, baik yang masih bertempat tinggal tetap maupun tuna wisma, baik yang tinggal di satuan lingkungan setempat maupun di luar satuan lingkungan setempat.

Sayangnya, Susenas tidak dapat menunjukkan siapa dan di mana mereka yang tergolong miskin ekstrem itu.

Untuk dapat menunjukkannya, Pemprov DKI membutuhkan data mikro yang berisi by name by address. Kekayaan sumber data mikro di Ibu Kota terdiri dari data DTKS, P3KE dan Data Carik Jakarta. Sebagai catatan, ketiga sumber data ini masih merujuk pada penduduk yang bertempat tinggal tetap (wisma). Padahal, kelompok penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap bahkan tuna wisma masih kita temui di keseharian kita.

Kesimpulannya adalah 0,89 persen penduduk miskin esktrem di Ibu Kota digambarkan sebagai penduduk yang the least, the last, the lost dan the lowest. Sebagian dari mereka ditemukan di bawah fly over di tengah malam, di bawah jembatan tol perbatasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat, atau di antara pemukiman penduduk padat dan kumuh dan tempat-tempat lain yang mungkin tidak tampak kasad mata.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s